Mengenal Sirih Gading vs Sirih Merah: Perbedaan dan Khasiatnya
oneredlily – Pernahkah Anda berkunjung ke rumah kerabat yang halamannya rimbun, lalu menunjuk sebuah tanaman yang menjuntai indah dan bertanya, “Ini sirih merah ya, Tante? Bisa buat obat dong?” Padahal, yang Anda tunjuk sebenarnya adalah sirih gading. Momen canggung seperti ini sering terjadi. Wajar saja, di Indonesia, istilah “sirih” sering kali digunakan secara general untuk menyebut berbagai jenis tanaman sirih atau tanaman yang bentuk daunnya mirip hati (heart-shaped).
Namun, tahukah Anda bahwa kesalahan mengenali kedua tanaman ini bisa berakibat fatal? Bayangkan jika Anda merebus daun sirih gading—yang sebenarnya beracun jika tertelan—karena mengira itu adalah tanaman herbal. Bukannya sehat, malah bisa berakhir di unit gawat darurat. Fenomena tanaman hias yang menjamur pasca-pandemi membuat banyak orang menanam tanpa benar-benar memahami karakteristik biologisnya.
Meskipun keduanya sama-sama tanaman merambat yang memikat mata, Sirih Gading (Epipremnum aureum) dan Sirih Merah (Piper crocatum) ibarat bumi dan langit dari segi fungsi. Satu adalah primadona dekorasi interior yang tahan banting, sementara yang satunya adalah “apotek hidup” yang diagungkan dalam dunia pengobatan tradisional. Mari kita bedah tuntas agar Anda tidak lagi salah kaprah.
1. Serupa Tapi Tak Sama: Membedah Silsilah Keluarga
Sebelum masuk ke manfaat, mari kita luruskan dulu silsilah keluarganya. Menganggap sirih gading bersaudara kandung dengan sirih merah adalah kekeliruan botani yang umum.
Sirih Merah (Piper crocatum) adalah anggota sejati keluarga Piperaceae (keluarga lada-ladaan). Ia masih satu kerabat dekat dengan sirih hijau yang biasa dikunyah nenek moyang kita atau lada hitam di dapur. Karakteristik utamanya adalah aroma khas rempah yang menyengat jika daunnya diremas.
Sebaliknya, Sirih Gading (Epipremnum aureum)—atau di Barat dikenal sebagai Devil’s Ivy—berasal dari keluarga Araceae (keluarga talas-talasan). Jadi, secara genetik, sirih gading justru lebih dekat kekerabatannya dengan tanaman Monstera atau Aglaonema daripada dengan sirih merah. Inilah alasan mengapa sirih gading mengandung kristal kalsium oksalat yang bisa menyebabkan iritasi mulut dan kerongkongan, sehingga bukan untuk dikonsumsi.
2. Sirih Merah: Sang “Apotek Hidup” Penakluk Gula Darah
Di sinilah letak kekuatan utama si daun merah. Manfaat sirih merah sudah melegenda di kalangan pecinta herbal Nusantara. Berbeda dengan sirih gading yang hanya sedap dipandang, sirih merah menyimpan senyawa bioaktif seperti flavonoid, alkaloid, tanin, dan minyak atsiri.
Salah satu klaim paling populer—dan didukung oleh berbagai penelitian fitofarmaka—adalah kemampuannya sebagai tanaman obat diabetes. Bagaimana cara kerjanya? Senyawa flavonoid dan alkaloid dalam sirih merah diyakini dapat membantu meregenerasi sel beta pankreas yang rusak. Ketika pankreas bekerja lebih baik, produksi insulin meningkat, dan kadar gula darah pun bisa lebih terkontrol.
Bagi penderita diabetes melitus tipe 2, air rebusan sirih merah sering menjadi terapi pendamping. Namun, perlu dicatat: “pendamping” bukan berarti pengganti total obat dokter. Jangan sampai karena merasa sudah minum air sirih, Anda lantas bebas menyantap martabak manis tiga potong sekaligus. Herbal bekerja secara holistik dan perlahan, bukan sihir instan.
3. Sirih Gading: Si Cantik Pembersih Udara (Bukan Pembersih Darah)
Jika sirih merah sibuk membereskan masalah di dalam tubuh, sirih gading sibuk membereskan masalah di ruangan Anda. Tanaman ini populer bukan tanpa alasan. Selain harganya yang ramah di kantong, sirih gading adalah juara kelas berat dalam hal memurnikan udara.
Studi terkenal dari NASA (Clean Air Study) memasukkan kerabat Epipremnum ini sebagai salah satu tanaman yang efektif menyerap polutan berbahaya seperti benzena, formaldehida, xylene, dan toluena. Zat-zat ini sering kali tanpa sadar kita hirup dari cat tembok, asap rokok, atau perabotan rumah tangga.
Sebagai tanaman merambat atau tanaman gantung, sirih gading sangat fleksibel. Ia bisa hidup di tanah, bisa juga hidup hanya dengan media air di dalam vas kaca cantik. Daya tahannya luar biasa; ia bisa tetap hidup meski Anda lupa menyiramnya beberapa hari atau meletakkannya di ruangan yang minim cahaya matahari. Tak heran ia dijuluki tanaman “anti-gagal” bagi pemula.
4. Cek Fisik: Cara Membedakan Agar Tak Tertipu Penjual
Terkadang, di pasar tanaman hias yang padat, mata bisa tertipu. Agar Anda tidak membawa pulang tanaman yang salah, perhatikan ciri fisik berikut:
-
Warna Daun Bagian Bawah: Ini indikator paling jelas. Balikkan daunnya. Jika bagian bawahnya berwarna merah marun polos yang tegas, itu adalah Sirih Merah. Sirih gading memiliki warna bawah daun yang hijau pucat, sama seperti warna dasarnya.
-
Corak Permukaan: Jenis tanaman sirih merah biasanya memiliki corak guratan urat daun berwarna perak (silver) dan merah muda yang sangat kontras dengan warna dasar hijau gelap. Sementara sirih gading memiliki corak (variegata) berwarna kuning atau putih kekuningan yang menyebar abstrak pada dasar hijau terang.
-
Batang: Batang sirih merah berbentuk bulat, berwarna hijau keunguan, dan beruas-ruas nyata tempat keluarnya akar napas. Batang sirih gading cenderung lebih lunak, hijau muda, dan sangat berair.
5. Mengolah Sirih Merah: Jangan Asal Rebus!
Kembali ke topik manfaat sirih merah. Untuk mendapatkan khasiatnya sebagai antioksidan, antiseptik, atau tanaman obat diabetes, cara pengolahannya tidak boleh sembarangan.
Kesalahan umum adalah merebusnya terlalu lama dengan api besar hingga airnya habis. Suhu yang terlalu tinggi dapat merusak senyawa antioksidan di dalamnya.
Tips Mengolah:
-
Ambil 3-5 lembar daun sirih merah yang tua (biasanya lembar ke-3 atau ke-4 dari pucuk).
-
Cuci bersih di air mengalir.
-
Rebus dengan 2 gelas air.
-
Tunggu hingga air menyusut menjadi sekitar 1 gelas.
-
Minum selagi hangat.
Rasanya? Jujur saja, pahit dan getir. Jangan bayangkan rasanya senikmat teh melati. Namun, rasa pahit itulah indikator kandungan alkaloid yang kuat. Untuk pemula, minumlah sehari sekali saja. Ingat, dosis herbal yang berlebihan bisa memberatkan kerja ginjal.
6. Sifat “Tanaman Merambat” dan Cara Budidaya
Meskipun berbeda famili, kedua tanaman ini berbagi satu kesamaan sifat: mereka adalah tanaman merambat yang agresif jika diberi lingkungan yang tepat.
Sirih merah cenderung lebih “manja”. Ia tidak menyukai sinar matahari langsung yang terik. Jika dijemur di bawah matahari jam 12 siang, daunnya akan hangus, mengering, dan kehilangan warna merah cantiknya. Ia lebih suka tempat teduh (semi-shade) dengan kelembapan tinggi.
Sebaliknya, sirih gading adalah petarung tangguh. Ditaruh di kamar mandi yang lembap? Bisa. Ditaruh di teras panas? Bisa (meski daunnya mungkin agak memucat). Dibiarkan merambat di pohon besar di halaman? Hati-hati, karena akar gantungnya bisa mencengkeram kuat dan daunnya bisa membesar hingga seukuran nyiru (tampah) jika dibiarkan liar di alam bebas.
7. Fakta Lain: Antiseptik Alami vs Racun Hewan Peliharaan
Selain diabetes, manfaat sirih merah juga terkenal sebagai antiseptik alami. Nenek moyang kita sering menggunakan air rebusannya untuk membasuh luka luar, menyembuhkan keputihan, atau bahkan obat kumur untuk gusi berdarah. Kandungan tanin di dalamnya efektif membunuh bakteri Staphylococcus aureus.
Namun, ada peringatan penting bagi pemilik hewan peliharaan (anabul) terkait sirih gading. Karena mengandung kalsium oksalat yang tidak larut, sirih gading sangat beracun bagi kucing dan anjing. Jika tergigit, hewan peliharaan Anda bisa mengalami pembengkakan lidah, muntah hebat, dan kesulitan menelan. Jadi, jika Anda memelihara kucing yang suka iseng menggigit tanaman, gantunglah sirih gading di tempat yang tinggi.
Memahami perbedaan antara jenis tanaman sirih ini bukan sekadar pengetahuan botani, tapi juga langkah awal gaya hidup sehat dan aman. Sirih Gading adalah pilihan tepat untuk mempercantik rumah dan membersihkan udara, sementara Sirih Merah adalah investasi kesehatan, terutama potensinya sebagai tanaman obat diabetes dan antiseptik alami.
Jadi, tanaman mana yang akan Anda pilih untuk menghuni kebun Anda minggu ini? Apakah si cantik yang memanjakan mata, atau si merah yang menjaga gula darah? Atau mungkin keduanya? Apa pun pilihannya, pastikan Anda menanam dan memanfaatkannya dengan bijak. Ingat, alam sudah menyediakan apoteknya, tugas kita adalah menjadi apoteker yang cerdas bagi tubuh sendiri.